Jumat, 22 Juli 2011

Google Bisa Mengurangi Daya Ingat?


Sulit mengingat kapan terakhir kali tim bulutangkis nasional meraih emas dalam Olimpiade? No problem. Cari saja data itu di google. Hampir semua pertanyaan bisa dicari jawabannya di sana. Masalahnya adalah kemudahan ini mengurangi kebiasaan kita untuk mengingat.

Orang yang akrab dengan internet dan sering googling (mencari di google), cenderung lebih malas untuk mencoba mengingat informasi karena yakin semua informasi itu dapat dengan mudah ditemukan kembali di internet.

"Informasi yang masuk ke otak bisa terus menerus diingat dengan cara mengetahui dimana informasi itu bisa dicari. Dan kita lebih memprioritaskan dari pada mengingat secara detil mengenai informasi itu," kata Betsy Sparrow, PhD, dari Universitas Columbia yang melakukan studi ini.

Dalam dunia psikologi, hal itu disebut juga dengan memori transaktif. Kemampuan ini sudah ada sejak manusia mampu berkomunikasi. Kita juga selalu mengandalkan orang yang paling pintar dalam komunitas, kemudian setelah berkembangnya media cetak, kita mengandalkan buku.
Dengan kata lain, saat ini manusia beradaptasi untuk tidak benar-benar mengingat suatu hal, kita hanya mengingat dimana mencari atau siapa yang memiliki informasi itu.

"Di sekitar kita selalu ada orang yang kita anggap ahli dalam suatu hal, misalnya kalau ingin bertanya cara membuat kue kita bertanya pada si A, kalau ingin tahu tentang dimana toko roti yang murah kita bertanya pada si B. Internet sama saja, tetapi informasi yang dimilikinya jauh lebih luas," kata Sparrow.

Internet menurut dia adalah tempat dimana informasi dikumpulkan secara kolektif di luar ingatan kita. "Internet adalah penghubung yang membuat memori transaktif kita lebih terhubung pada hal yang tidak bisa diakses di tempat lain," katanya.

"Internet membuat kita pintar sekaligus bodoh. Otak kita jadi terlatih untuk menggunakannya dan kita jadi ketagihan karena banyaknya kentungan yang didapat," kata Gary Small, penulis buku "iBrain Surviving the Technological Alteration of the Modern Mind" ini.

Itu sebabnya sangat penting untuk melatih agar otak tidak mudah pelupa. Simak tip dari Cynthia R.Green PhD, presiden Memory Art dan penulis buku Brainpower Game Plan ini.

1. Bicara dengan diri sendiri.


Dengan mengulang-ulang informasi pada diri sendiri, kita memaksa otak untuk memberi perhatian lebih pada informasi itu. Kita juga jadi terbiasa untuk melatih ingatan.

2. Buat permainan.


Baru membaca ada restoran bebek goreng yang baru buka bernama Bebek Waris? Coba ingat-ingat siapa teman atau keluarga yang juga memiliki nama Waris, misalnya.

3. Konsumsi brokoli.


Konsumsi makanan yang merupakan sumber asam folat seperti brokoli karena sudah terbukti mampu melindungi dan meningkatkan fungsi memori.


Sabtu, 18 Juni 2011

4 Apel Hilangkan 1/4 Kolesterol


Kolesterol selalu terkait dengan makanan-makanan enak dan gaya hidup yang sembarangan. Sementara untuk mengurangi kolesterol, kita harus bersusah payah menahan nafsu makan, melakukan olahraga rutin, bahkan hingga mengonsumsi berbagai obat-obatan. Namun, jika ada cara yang menyenangkan tentu Anda tidak akan mengeluh lagi.

Dalam penelitian sebelumnya, diketahui bahwa makan dua buah apel setiap harinya bisa mengurangi kolesterol hingga 10 persen. Dengan penambahan jumlah apel apakah efeknya juga akan berlipat ganda? Sepertinya demikian.

Wanita yang makan 75 gram apel setiap hari selama enam bulan menunjukkan level LDL-kolesterol yang buruk, turun hingga 25 persen. Tidak hanya itu, komponen lain penyebab penyakit jantung dan stroke juga ikut turun sementara kadar HDL naik hingga sekitar 4 persen. Bahkan walaupun setiap harinya mengonsumsi sekitar 240 kalori tambahan dari empat buah apel tersebut, berat rata-rata para wanita justru turun lebih dari 2 kilogram.

Manfaat tambahan akan didapatkan jika mengonsumsi apel segar. Penurunan LDL disebabkan kandungan antioksidan apel, sementara efek melangsingkan tubuh didapat dari serat buah dan juga pektin apel yang bisa mengurangi nafsu makan agar tidak berlebihan. Dengan rasa dan tekstur yang nikmat, empat buah apel tentu bukan masalah yang berat bagi Anda. Yuk, hidup sehat dengan nikmat!

Jumat, 27 Mei 2011

Tujuh Hewan Terbesar Sepanjang Masa

1. Ular Terbesar Ditemukan; Lebih Panjang dari Sebuah Bus


Ular terbesar yang pernah hidup (sejauh yang kita ketahui) adalah binatang seperti anaconda besar yang merayap melalui hutan hujan tropis beruap sekitar 60 juta tahun yang lalu.

Fosil ditemukan di timur laut tambang batu bara Kolombia Cerrejon dan menunjukkan bahwa reptil itu setidaknya memiliki panjang 42 kaki (13 meter) dan berat £ 2.500 (1.135 kilogram).

Ular ini akan membunuh mangsanya dengan perlahan - melilit dan meremas mangsanya , sama seperti python modern atau boa. Hanya ular ini adalah dua kali ukuran ular terbesar yg hidup saat ini.

2. Tikus Ukuran Raksasa

Tengkorak tikus raksasa prasejarah seberat satu ton - yang ditampilkan di samping seekor tikus modern.

Dengan ukuran panjang 53 sentimeter (21 inci), tengkorak itu ditemukan di Uruguay oleh seorang pemburu fosil amatir di antara tebing batu di wilayah San José. Analisis yang dikemukakan oleh ahli paleontologi menunjukkan bahwa fosil itu milik seekor spesies seukuran banteng, yang bernama Josephoartigasia monesi.

Tikus raksasa itu tinggal di hutan hujan dataran rendah antara dua dan empat juta tahun yang lalu, yang kemungkinan dengan menggunakan gigi yang sangat besar untuk melindungi diri dari kucing raksasa bertaring tajam, serta burung pemakan daging.

3. Fosil Raksasa "Katak dari Neraka" ditemukan di Madagaskar

Para ilmuwan yang bekerja di Madagaskar menemukan katak terbesar yang pernah hidup.

"Katak setan" adalah sosok hewan yang menakutkan dengan ukuran tinggi 16 inci (41 cm) dan berat sekitar 10 pon (4,5 kilogram).

Paleontolog David Krause dari Universitas Stony Brook di New York dan rekan-rekannya mulai menggali fosil katak berumur 70-juta tahun lebih dari satu dekade sebelumnya.

Evans, penulis utama dari paper penemuan ini secara rinci mengatakan bahwa, Katak setan mungkin juga memiliki temperamen yang sangat agresif "Makhluk ini benar-benar agresif, predator penyergap . Mereka berbentuk bulat dengan mulut besar, dan mereka akan duduk berdiam diri selama berjam-jam dan memakan sesuatu yang melewatinya. "

4. Penguin Raksasa



Penguin seukuran manusia berkeliaran di Amerika Selatan sekitar 35 juta tahun yang lalu, dan mereka tidak perlu es untuk bertahan hidup.

Penelitian oleh paleontolog North Carolina State University Julia Clarke dan rekan-rekannya menemukan dua spesies baru penguin raksasa dari fosil yang ditemukan di Gurun Atacama Peru, mendorong tanggal migrasi penguin untuk daerah khatulistiwa kembali lebih dari 30 juta tahun, ke salah satu periode paling hangat dari 65 juta tahun terakhir.

Makhluk menakutkan setinggi Lima-kaki (1,5 meter) Icadyptes salasi (kanan) hidup sekitar 36 juta tahun yang lalu, sementara Perudyptes devriesi (kiri) hidup sekitar 42 juta tahun yang lalu. Sedangkan gambar yang tengah adalah penguin Peru yang masih hidup saat ini , Spheniscus humbolti.


5. Kalajengking Laut Raksasa, Lebih Besar dari Manusia



Para ilmuwan mengatakan bahwa fosil cakar sepanjang (46 sentimeter) dan lebar 18-inci (gambar bawah) adalah milik dari salah satu hewan terbesar yang pernah hidup di dunia : seekor kalajengking laut dengan ukuran 8.2-kaki (2,5 meter), yang hidup sekitar 390-juta tahun yang disebut Rhenaniae Jaekelopterus.

Para ahli fosil mengatakan "Dengan ukuran sama seperti seekor buaya besar, kalajengking laut 390-juta tahun adalah predator puncak pada masanya, mengiris ikan dan memakan jenisnya sendiri (kanibal) di perairan rawa pantai."

6. Hiu Purba Raksasa dengan Gigitan Terkuat yang Pernah Ada




Hiu ini memiliki gigitan yang paling kuat dari setiap makhluk yang pernah hidup.

"Gigitan nya cukup kuat untuk menghancurkan sebuah mobil dan jauh melampaui kekuatan dari seekor hiu putih yang besar dan bahkan Tyrannosaurus rex."

Diketahui dari sebagian fosil gigi yang ditemukan, Carcharodon Megalodon pertama kali muncul di laut Bumi sekitar 16 juta tahun yang lalu (pada periode Neogen) dan memakan kura-kura raksasa prasejarah dan paus.

"Strategi Megalodon dalam membunuh adalah dengan menggigit ekor dan sirip dari ikan paus yang besar, yang efektif mengambil sistem propulsi mereka," kata pemimpin penelitian Stephen Wroe dari University of New South Wales di Australia.

7. Kangguru Raksasa Prasejarah



Perburuan liar di pulau Tasmania, Australia telah memunahkan beberapa hewan prasejarah, termasuk binatang seperti kanguru dan marsupial prasejarah.

Marsupial tanah seberat 1000-pon (500 kilogram) - Palorchestes azael - adalah beberapa di antara spesies megafauna Tasmania yang mengalami kepunahan oleh karena aktivitas manusia pada lebih dari 40.000 tahun lalu.

Penelitian ini menantang penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa zaman es membunuh makhluk raksasa sebelum manusia tiba di pulau itu.

"Spesies lainnya yang juga termasuk dalam penelitian ini adalah tiga kanguru dengan berat sekitar 220-pound (100 kilogram)" kata anggota tim Tim Flannery dari Universitas Macquarie Australia.

Ada macan tutul marsupial, yang beratnya sekitar 100-220 pounds [50 sampai 100 kilogram].

Tidur Lebih Lama Membuat Anak Lebih Tinggi

Tidur memiliki manfaat yang sangat besar untuk tumbuh kembang seorang bayi. Makin sering bayi tidur, cenderung mengalami pertumbuhan lebih cepat terutama dari segi tinggi badannya.
Bagi orang dewasa, tidur diidentikkan dengan waktu istirahat. Namun, bagi bayi dan anak-anak, tidur adalah saat untuk mengoptimalkan laju tumbuh kembang badan. Karena itu, saat tidur, pertumbuhan fisik anak terpacu. Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal sleep mengungkapkan, lama tidur anak berkait erat dengan pertambahan berat badan, tinggi badan, dan kesehatan fisik bayi.

Daripada mengandalkan ingatan orang tua tentang pola tidur dan pertumbuhan bayi, studi ini mencatat data secara real time jangka waktu tidur bayi yang berusia mulai empat hingga 17 bulan. Pola tidur harian bayi telah dicatat oleh 23 orangtua yang terlibat dalam penelitian dan 5.798 buah rekaman tersebut dianalisis setiap hari.

Penelitian ini melibatkan 14 anak perempuan dan sembilan anak laki-laki, dengan rata-rata berusia 12 hari. Kesemua bayi sehat saat lahir dan bebas dari komplikasi kolik atau kondisi medis lainnya selama tahun pertama mereka.

Sang ibu diminta untuk mencatat secara rinci kapan dan berapa lama waktu tidur dan terbangun sang bayi, serta mencatat apakah mereka masih menyusui, sudah mengonsumsi susu formula, atau keduanya. Selain itu, dipantau juga apakah bayi mereka menunjukkan tanda-tanda penyakit, seperti muntah, demam, diare atau adanya bintik merah pada kulitnya.

Pertumbuhan panjang badan diukur menggunakan teknik peregangan maksimal, yang dilakukan semi-mingguan untuk 18 bayi, setiap hari pada tiga bayi dan mingguan untuk dua bayi. Pemantauan ini berlangsung antara 4-17 bulan secara terus-menerus.hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi memiliki rentetan waktu tidur yang tidak biasa, dengan 24 jam peningkatan durasi selama waktu jeda, dengan rata-rata 4,5 jam sehari selama dua hari.
Penelitian juga menemukan, waktu tidur per hari juga meningkat dalam jadwal yang berselang-seling dari rata-rata tiga kali tidur ekstra per hari selama dua hari.

“ini puncak dalam total durasi tidur dalam sehari dan jumlah waktu tidur yang secara signifikan terkait dengan pertumbuhan terukur yang bergerak cepat dalam panjang tubuh, yang cenderung terjadi dalam waktu 48 jam setelah waktu tidur yang tercatat,” tulis kesimpulan studi tersebut.

Temuan studi yang dilanjutkan dengan analisis lebih dalam menyebutkan, kemungkinan lonjakan pertumbuhan meningkat rata-rata 43 persen untuk setiap waktu tidur tambahan dan 29 persen untuk setiap jam tidur tambahan.

“hasil empiris menunjukkan bahwa lonjakan pertumbuhan tidak hanya terjadi selama tidur, tetapi secara signifikan dipengaruhi oleh tidur,” ujar peneliti utama dr michelle lampl, seorang samuel candler dobbs profesor di departemen antropologi, universitas emory di atlanta, amerika serikat.

“tidur yang lebih lama sesuai dengan pertumbuhan yang lebih besar dalam panjang tubuh (bayi),” tambahnya seperti dikutip laman redorbit. Com.

Selain itu, studi menunjukkan bahwa jenis kelamin bayi membuat perbedaan dalam pola tidur yang berhubungan dengan pertumbuhannya.

“lonjakan pertumbuhan terkait dengan peningkatan durasi lamanya tidur pada anak laki-laki dibandingkan dengan perempuan, dan peningkatan jumlah waktu tidur pada anak perempuan dibandingkan dengan laki-laki,” sebut lampl.


Lampl menuturkan, orangtua yang mudah frustrasi dengan bervariasi dan tak terduganya pola tidur bayi dapat terhibur oleh hasil ini. Penyimpangan soal tidur bayi bisa menyedihkan bagi orangtua.

“namun, temuan ini memberikan informasi yang membantu orangtua untuk memahami bayi mereka dan menunjukkan bahwa perilaku tidur yang tidak menentu tampaknya adalah bagian normal dari pertumbuhan,” kata lampl

Sabtu, 21 Mei 2011

Alien Planets Outnumber Stars, Study Says


The study uncovered a whole new class of worlds: Jupiter-like gas giants that have escaped the gravitational bonds of their parent stars and are freely roaming space.

What's more, "our results indicate that such planets are quite common," said study team member David Bennett, an astronomer at Notre Dame University in Indiana.

"There's a good chance that the closest free-floating planet is closer to Earth than the closest star."

Ohio State University astronomer Scott Gaudi added, "It's not surprising that free-floating planets are out there"—they've been predicted by planet-formation theories for years—"it's just how many of them that they're finding."

The findings, detailed in this week's issue of the journal Nature, indicate there are about two free-floating planets per star in our galaxy—and perhaps in other galaxies, too.

Scientists estimate there are about 200 billion stars in the Milky Way, so that means there could be at least 400 billion drifting planets in space. And that's not even counting the planets that orbit stars, or smaller, rocky free-floaters that can't yet be detected.

"These are just the ones that we found," study co-author Bennett said. "If we could see lower-mass planets, then presumably the

number would be even larger."

(Related: "NASA Finds Smallest Earthlike Planet Outside Solar System.")

Planet Discovery Came in a Flash of Light

The team spotted ten runaway planets—with an average mass similar to Jupiter's—using a technique called gravitational microlensing.

Gravitational lensing takes advantage of the fact that large celestial objects such as stars or planets warp the fabric of space-time such that light rays passing nearby are bent.

One effect of this is that a star can appear to brighten temporarily as its light bends around a passing planet—an effect visible only if the planet passes directly in front of the star, as seen from a telescope.

Such planet-star alignments are rare and usually last less than two days.

Using a telescope with a nearly 6-foot (1.8-meter) lens at New Zealand's Mount John University Observatory, astronomers scanned more than a hundred million stars at the center of the Milky Way galaxy for two years in search of such alignments.

The survey found ten brief microlensing events, which the team says are evidence of planets of roughly Jupiter's mass. The precise distance of these planets from Earth is unknown but could range from 1,000 to 20,000 light-years—the distances scanned during the survey—Bennett said.

(Related: "Five New Planets Found; Hotter Than Molten Lava.")

Rogue Planets Could Be Tamed

Each runaway planet is zipping through the galaxy at speeds of more than 450,000 miles an hour (200 kilometers a second). Even at these speeds, the rogue worlds could be corralled into orbit again, under the right conditions.

"A runaway planet can't be caught by a single star. It will have too much energy," Bennett said. But a binary star—two gravitationally locked stars that orbit each other—"could do it, and a star that already has at least one planet," he said.

"However, if a star with planets captures another one, then one of its existing planets must change its orbit, and this could make the system unstable. So, a capture might lead to another ejection."

(Related: "New Planet System Found—May Have Hidden 'Super Earth.'")

New Planets Not Free-Floating After All?

The team said that it can't rule out the possibility that some of the planets are just orbiting their stars at very far distances and that the parent stars just don't show up in the data. But they say previous observations by other groups suggest that Jupiter-mass planets in such distant orbits are rare.

University of Heidelberg astronomer Joachim Wambsganss, who was not involved in the research, said more studies will be needed to confirm that the new planets are indeed drifters.

"Whether they're really freely floating planets or just in really wide orbits is not yet proven, I would say," said Wambsganss, who wrote an accompanying article in Nature about the discovery.

Planets Bullied Out of Orbit?

Ohio State's Gaudi called the results "important and exciting" and said they raise interesting new questions about so-called extrasolar planets, or "exoplanets"—worlds outside our solar system.

For instance, astronomers think free-floating planets can get kicked out of their star systems after being perturbed by the gravity of another passing star or of "bully" planets in the same system.

In the latter scenario, "the biggest bullies kick out the smaller guys," explained Gaudi, who wasn't part of the study.

"In our solar system, Jupiter is the biggest bully," he said. But bigger gas giants have been detected in other star systems, and it's perhaps such "super Jupiters" that sent the newfound rogue planets packing.

Life on the Run?

Just because rogue planets orbit no life-giving star, they're not necessarily lifeless—particularly rocky ones—the University of Heidelberg's Wambsganss said. (See "Earth-Size 'Lone Wolf' Planets May Host Life.")

"If you think about free-floating planets, there's no nearby star that can produce heat and energy ... but even in our solar system, there are [externally frigid worlds] that have hot cores," he said.

"So it's not entirely impossible that free-floating planets have hot cores, cold surfaces, and an intermediate layer, where water could exist in some fluid form. This is only speculation, of course."

Ilmuwan Indonesia Temukan Teknik Reboisasi Baru

Dr. Herry Sutjahjo Utomo, ilmuwan dan peneliti asal Indonesia yang menjadi dosen tetap di Louisiana State University, Amerika Serikat, berhasil mengembangkan teknik baru untuk mengurangi erosi pantai. Ia menggunakan cordgrass (Spartina), tanaman sejenis rumput yang biasa tumbuh di daerah pantai barat Samudera Atlantik, Selatan Eropa, Barat Laut dan Selatan Afrika serta Amerika. Ia memodifikasi tanaman tersebut secara genetik.

Bibit unggul cordgrass tersebut sudah diujicobakan di Marsh Island, teluk Vermilion, yang terletak sekitar 150 km barat daya New Orleans. Berbeda dengan teknik reboisasi yang lazim dipakai, penyebaran bibit cordgrass ini dilakukan dengan menggunakan pesawat terbang. Tujuan uji coba itu adalah untuk menemukan cara yang lebih murah, mudah, dan cepat untuk menghasilkan vegetasi unggul yang bisa memberikan perlindungan dari ancaman erosi.

Teknik baru ini dianggap sangat cocok untuk mengatasi kerusakan habitat akibat badai yang terjadi hampir setiap tahun. Karena dengan menggunakan pesawat terbang, biaya yang diperlukan untuk melakukan reboisasi bisa ditekan. Waktu yang dibutuhkan untuk menebar bibit pun jauh lebih singkat, hanya 10 detik. Sehingga dalam satu hari ribuan hektar bisa direboisasi.

Daerah rawa-rawa di pantai Louisiana sendiri saat ini terancam abrasi parah. Diperkirakan setiap 38 menit, tanah seluas lapangan sepak bola hilang ditelan laut. Apabila kejadian ini terus berlangsung, 50 tahun yang akan datang Louisiana akan kehilangan 1.295 km persegi (setara dengan seperempat luas pulau Madura) wilayah pantainya.

Dr. Utomo berharap, suatu saat nanti teknik yang dikembangkannya ini dapat pula diterapkan di Indonesia untuk membantu penghijauan kembali hutan tropis di berbagai pulau. (Sumber: Sindo, Padang )

Kamis, 21 April 2011

NASA Nantikan Inovasi Teknologi untukJelajah Angkasa Lebih Jauh


Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menantikan inovasi teknologi yang akan dapat membawa manusia menjelajah ruang angkasa lebih jauh.

Setelah merayakan peringatan 30 tahun peluncuran pesawat ulang alik pertama, NASA mulai memandang jauh ke depan guna menyambut babak baru penjelajahan ruang angkasa. Para punggawa pun NASA amat antusias menantikan inovasi teknologi yang akan muncul dalam pengembangan kendaraan ruang angkasa generasi mendatang yang akan dapat membawa manusia ke bulan, asteroid hingga ke Mars.

Antusiasme itu diungkapkan salah seorang spesialis program NASA, Dan Lockney. Menurutnya, NASA sedang melakukan investasi besar-besaran dalam teknologi terbaru yang akan digunakan pada misi luar angkasa NASA di masa mendatang. Teknologi tersebut nantinya akan digunakan pada kendaraan ruang angkasa yang akan dapat menjelajah lebih jauh dari kendaraan ruang angkasa saat ini. "Tentu sangat menarik melihat inovasi apa yang akan terwujud," kata Lockney.

Lockney menyebutkan, program pesawat ulang alik telah menghasilkan banyak teknologi inovatif. Salah satunya adalah pengembangan Video Image Stabilization and Registration (VISAR), teknologi yang digunakan untuk menstabilkan gambar video. Awalnya, teknologi ini dikembangkan untuk mencari kerusakan yang mungkin terjadi ketika pesawat ulang alik mengalami turbulensi saat lepas landas. Namun pada perkembangannya, VISAR digunakan militer Amerika untuk melacak serta memastikan keberadaan Saddam Hussein pada tahun 2003.

Hingga saat ini, NASA memiliki armada pesawat yang terdiri dari Columbia, Challenger, Discovery, Atlantis, dan Endeavour yang telah beberapa kali menjalankan misi luar angkasa. Columbia merupakan pesawat ulang alik pertama yang diluncurkan ke ruang angkasa pada 12 April 1981, sekaligus menjadi tonggak era baru penjelajahan ruang angkasa.

Usia pesawat yang makin menua dan banyaknya rahasia ruang angkasa yang belum terungkap mendorong NASA untuk terus berinovasi guna menemukan batas akhir jagat raya. (Sumber: Computerworld)

Selasa, 19 April 2011

5 Binatang yang Mendapatkan Julukan "DEVIL"

1. Thorny Devil (Moloch horridus)



Binatang berduri yang aneh dan unik, sepintas mirip naga. Hidup di gurun di Australia. Panjangnya 20 cm, dan bisa hidup sampai 20 tahun. Untuk mempertahankan diri dia bisa berkamuflase. Naga kecil ini umumnya hidup di gurun. Duri-duri pada tubuhnya adalah untuk melindungi diri dari binatang pemangsa lainnya. Keunikan lain dari binatang ini adalah ia memakan apapun yang jatuh ke tubuhnya. Salah satu yang disukainya adalah semut. Ia bisa memakan ribuan semut dalam satu hari.

2. Tasmanian Devil



Binatang ini termasuk dalam kelompok carnivorous marsupials yang hidup di hutan kering. Tasmanian juga masuk dalam jenis anjing. Meski bertubuh kecil, tapi binatang ini memiliki rahang juat serta gigi-gigi runcing dan kuat sehingga membuatnya sanggup memakan tulang-tulang keras, ataupun benda-benda keras. Tasmanian termasuk binatang ganas dan memiliki longlongan mengerikan.
Ia kadang berburu binatang hidup, tapi yang paling disukainya adalah memakan bangkai. Artinya, dia suka makan daging dari binatang yang sudah mati yang ditemukannya. Seperti umumnya gejala anjing tak sehat (mengidap rabies dan penyakit lainnya) maka Tasmanian pun memiliki gejala yang sama, jika dia memasukkan ekornya di dua kaki belakangnya, atau ekornya berbulu tipis, maka menandakan ia mengidap penyakit

3.Sand Devil



Namanya aneh Sand Devil (setan pasir), nama lainnya adalah angel shark. Ikan ini jenis hiu dari keluarga Squatinidae yang ditemukan di ujung benua subtropis dan lereng sol bagian atas Atlantik barat. Entah kenapa ikan ini mendapat nama unik, ‘sand devil’ juga ‘angel shark’. Yang pasti dua nama itu tak berhubungan dengan kebiasaan dari ikan ini.
Berbeda dari umumnya ikan hiu yang kita tahu, angel shark tidak agresif, dia juga tidak menyerang, kecuali diganggu. Gigitannya bisa menyebabkan luka parah, karena giginya sangat runcing. Nama ilmiah ikan hiu setan pasir ini adalah Squatina dumeril.Ikan ini memiliki beberapa taring pada moncongnya. Makanannya adalah ikan-ikan kecil, krustase dan binatang bercangkang dua.

4. Hickory Horned Devil



Seperti Thorny Devil, Hickory Horned Devil pun tubuhnya berduri bahkan bertanduk. Ini untuk melindungi diri dari serangan para pemangsa. Binatang ini sebangsa ulat tanaman yang hidup di Ametika Utara. Tanduk dan duri-duri di tubuhnya terlihat menyeramkan dan berbahaya, padahal sesungguhnya tidak. Meski bertampang seram, Hickory sama dengan ulat ulat tanaman lainnya.
Duri-duri merah yang berujung hitam panjangnya masih bisa berkembang hingga 15 cm. Sebelum berkembang biak, ulat ini akan berubah warna pirus lalu berkembang biak di dalam tanah yang telah dipersiapkan.

5. African Devil Flower MantisIni



Ini adalah salah satu spesies terbesar dari bangsa belalang. Bionomically dikenal sebagai Idolomantis diabolica, belalang paling bersar yang berasal dari Afrika Timur. Dari ukuran L2 diperkirakan memerlukan waktu 1 tahun untuk mencapai ukuran 25-30C. Ini juga disebut sebagai’Raja Mantis’ .
LIhat gambar, ini merupakan ‘mantis terbesar’ , kelihatan indah, dan cantik. Tapi ini juga sudah semakin langka. Binatang langka ini mengkonsumsi serang-serang seperti ngengat, lalat, kupu-kupu, kumbang tapi dia tidak menyukai serangga yang hidup di tanah seperti jangkrik, dll.

Rabu, 16 Maret 2011

Phyllopteryx


Phyllopteryx taeniolatus, the Weedy Seadragon or Common Seadragon, is a marine fish related to the seahorse. It is the only member of the genus Phyllopteryx. It is found in water 3 to 50 m deep around the southern coastline of Australia, approximately between Port Stephens, New South Wales and Geraldton, Western Australia, as well as around Tasmania. Weedy Seadragons are named for the weed-like projections on their bodies that camouflage them as they move among the seaweed beds where they are usually found.


Weedy Seadragons can reach 45 cm in length. They feed on tiny crustaceans and other zooplankton, from places such as crevices in reef, which are sucked into the end of their long tube-like snout. They lack a prehensile tail that enables similar species to clasp and anchor themselves. Phyllopteryx taeniolatus swim in shallow reefs and weed beds, and resemble drifting weed when moving over bare sand.[1]

Seadragons, seahorses and pipefish are the only known species where the male carries the eggs.


The male of the species carries the fertilized eggs, attached under his tail, where they are incubated for about eight weeks. The young are independent at birth, beginning to eat shortly after. Mating in captivity is rare since researchers have yet to understand what biological or environmental factors trigger them to reproduce. In captivity the survival rate for Weedy Seadragons is about 60%.

A more cryptic relative of the Weedy Seadragon is the Leafy Seadragon, Phycodurus eques. In the November 2006 issue of National Geographic magazine, marine biologist Greg Rouse is reported as investigating the DNA variation of the two seadragon species across their ranges.

The Aquarium of the Pacific in Long Beach, California and the Tennessee Aquarium in Chattanooga, Tennessee in the USA; and the Melbourne Aquarium in Melbourne in Australia are the only facilities in the world to have successfully bred Weedy Seadragons in captivity, though others occasionally report egg laying. As of June 2008, the Georgia Aquarium in Atlanta, USA had a pregnant seadragon, which was expected to give birth in early-mid July.

The Weedy Seadragon is the marine emblem of the Australian State of Victoria.

Scientific classification
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Actinopterygii
Order: Syngnathiformes
Family: Syngnathidae
Subfamily: Syngnathinae
Genus: Phyllopteryx
Species: P. taeniolatus

10 Hewan Terunik di Dunia

1. Hewan Gabungan Burung, Reptil, dan Mamalia


Hewan bernama platypus ini memiliki beberapa keunikan seperti memiliki moncong bebek, kaki berselaput, dan bertelur seperti reptil. Satu keanehan yang mungkin belum banyak orang tahu adalah platypus jantan dapat menyalurkan racun dari sejumlah bagian di tungkai kakinya.


2. Mata Cumi-Cumi Sebesar Piring Makan


Sejumlah ilmuwan memancing seekor cumi-cumi raksasa (colossal squid) di perairan Selandia Baru pada tahun 2008. Mereka menemukan fakta bahwa mata hewan laut tersebut berukuran sebesar piring makan. Ini menjadikan mata cumi-cumi raksasa sebagai mata hewan terbesar di dunia. Colossal squids dapat tumbuh hingga sebesar 46 kaki dan mempunyai tentakel yang dilengkapi dengan pengisap dan pengait. Para ilmuwan meyakini hewan agresif ini mampu menyelam hingga kedalaman 6.500 kaki.


3. Primata Berjari Tengah Ekstra Panjang


Hewan bernama aye-aye ini memiliki ciri mata besar, telinga mirip kelelawar, dan berjari tengah ekstra panjang. Jari tengah ini digunakan primata tersebut untuk mencungkil makanan dari celah-celah pohon. Sejumlah ilmuwan asal Duke University di Amerika Serikat mengatakan aye-aye dapat dijadikan petunjuk untuk menguak misteri evolusi visi warna pada makhluk hidup.


4. Tikus Tanah Bermoncong Bintang



Tikus tanah bermoncong bintang? Dari namanya saja sudah menunjukkan keunikan dari hewan tersebut. Dengan 22 tentakel mini di moncong bintangnya, tikus tanah ini mampu mendeteksi dan mencerna makanan lebih cepat dari kedipan mata manusia. Ya, sangat cepat. Hanya sepersekian detik. Hewan menakjubkan ini tinggal di rawa-rawa dan daerah basah lain di sekitar wilayah pantai timur Amerika Utara.


5. Hewan Evolusioner Dunia


Selain dapat tidur dalam tanah bertahun-tahun tanpa air dan makanan, katak bawah tanah asal Meksiko ini memiliki keunikan lain. Program konservasi global bernama EDGE of Existence mengklasifikasikan hewan ini sebagai hewan evolusioner dunia. Pasalnya, hewan ini hampir tidak memiliki hubungan kemiripan genetik dengan makhluk hidup apa pun di dunia.


6. Kepiting “Yeti”


Anda tahu hewan bernama yeti? Hewan raksasa legenda masyarakat Nepal dan Tibet ini disebut-sebut menghuni salah satu wilayah pegunungan tertinggi di dunia, Himalaya. Diambil dari nama yang sama, hewan yang diberi nama resmi Kiwa hirsute pada 2005 ini memiliki bulu halus berwarna kuning di kedua capitnya. Ilmuwan menduga capit tersebut digunakan untuk mendeteksi makanan dan mencari pasangan.


7. Paus “Unicorn”


Dari puluhan spesies paus di dunia, terdapat satu jenis paus berkarakteristik unik bernama paus unicorn. Paus ini memiliki gigi mencuat layaknya tanduk unicorn, hewan mistis dunia khayalan. Hewan berbobot sekitar 2.200 hingga 3.500 pon ini memiliki tanduk sepanjang delapan kaki yang mencuat dari sisi kiri rahang bagian atas. Belum lama ini, sejumlah ilmuwan mengetahui tanduk tersebut dilengkapi sejumlah sel saraf super sensitif yang diduga kuat berfungsi mengetahui kadar garam dalam air dan untuk mencari makan.


8. Kelelawar Berkaki Pengisap


Ilmuwan telah menemukan spesies kelelawar baru bernama Myzopoda schliemanni di Kepulauan Madagaskar, pada tahun 2007. Hewan berkaki pengisap yang mampu menempel pada pohon berdaun lebar seperti pohon palem ini berkerabat dekat dengan Myzopoda aurita yang hidup di daerah lembab. Ilmuwan terkejut dengan kemampuan hewan ini karena ia mampu hidup di daerah kering seperti benua Afrika. Padahal, wilayah hutan perawan di benua tersebut hanya tersisa delapan persen.


9. Mickey Mouse padang pasir



Sejumlah ahli biologi mengeluarkan rekaman video seekor hewan pengerat unik bernama long-eared jerboa pada 2007. Hewan yang kerap disebut Mickey Mouse padang pasir ini memiliki telinga yang lebih besar dari kepalanya dan kaki yang mampu melompat seperti kanguru. The International Union for Conservation of Nature kini menetapkan status terancam punah pada hewan ini. Salah ancaman nyata atas long-eared jerboa adalah kucing lokal.


10. Sincan?


Crayon Sincan? Nohara Shinnosuke? Anda mungkin mengira nama tersebut adalah nama salah satu tokoh kartun Jepang yang cukup terkenal. Namun sincan di sini adalah singkatan dari singa-macan atau disebut juga lion-tiger (ligers). Selama beberapa dekade silam, para ilmuwan biologi kerap melakukan sejumlah perkimpoian silang antarbinatang seperti sincan. Pada 2004, hewan tersebut ikut tampil menemani aktor Jon Heder dalam film berjudul Napoleon Dynamite. Selain sincan, terdapat beberapa hewan persilangan lain seperti persilangan paus pembunuh-lumba-lumba dan beruang grizzly-beruang kutub.(ANS)

Selasa, 01 Maret 2011

Boston Dynamics Ciptakan Robot Cheetah




Boston Dynamics

Setelah menciptakan PETMAN yang berbentuk seperti manusia tanpa kepala dan BIGDOG robot, Boston Dynamics menciptakan robot tercepat di dunia, dengan model berbentuk seperti cheetah.

Robot cheetah ini akan diberi nama ATLAS. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) di Amerika Serikat menginginkan robot ini bisa memanjat, melewati ruang-ruang sempit, dan bisa bermanuver dengan lincah.

ATLAS diharapkan dapat menembus kecepatan 20-30 mil per jam--sesuai dengan penggambaran cheetah, yaitu kecepatan, meskipun belum mampu meniru kecepatan asli cheetah. Menurut Marc Raibert, Presiden dari Boston Dynamic, mengatakan bahwa pihaknya sampai sekarang masih berusaha menyamai kecepatan cheetah yang mencapai 60 hingga 70 mil per jam. "Tak ada alasan untuk tidak menyamai kecepatan asli, tapi butuh waktu untuk mencapai itu," kata Marc Raibert, presiden Boston Dynamics kepada Boston Herald.

DARPA membiayai program ini dengan tujuan untuk menciptakan sistem robot yang cepat dan mampu bergerak lincah. Prototipe ATLAS akan keluar sekitar 20 bulan lagi. (Sumber: Popsci)

Ada Gua Besar Ditemukan di Bulan




Organisasi peneliti ruang angkasa dari India menemukan gua bawah tanah berukuran besar di dekat ekuator Bulan.

Gua raksasa yang ditemukan pesawat luar angkasa Chandrayaan-1 ini memiliki panjang lebih dari 1,7 kilometer dan lebar 120 meter. "Ruang ini cukup besar untuk sebuah kota kecil atau markas rahasia Nazi yang menampung beberapa ratus UFO," tulis Jesus Diaz di Gizmodo.

Para peneliti India mengutarakan kemungkinan penggunaan gua ini sebagai tempat manusia di masa yang akan datang. Gua tersebut dapat digunakan sebagai tempat perlindungan dari radiasi, tabrakan meteor kecil, debu, dan perubahan temperatur yang ekstrem karena perubahan struktur lava.

Para ilmuwan juga menunjukkan kalau gua itu hanya butuh sedikit konstruksi dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembuatan tameng khusus untuk menghadapi lingkungan bulan.

Temuan ini merupakan temuan gua lainnya di Bulan. Pada tahun 2009, badan antariksa Jepang JAXA mengumumkan temuan lubang di bulan yang cukup besar untuk ditempati manusia. Gua temuan JAZA ini berukuran 65 meter dan memiliki dalam 88 meter. (Sumber: Gizmodo, Indian Space Research Organization)

Selasa, 22 Februari 2011

10 Desain Ponsel Canggih Ramah Lingkungan


Konsep ponsel terkadang bersifat gila, walaupun dengan teknologi tinggi ponsel-ponsel berikut juga memiliki sifat ramah lingkungan. Semoga ponsel berikut keluar dipasaran segera.

1. Wearable Solar-Powered Leaf Phone Charges on the Go



Desainer Seungkyun Woo dan Junyi Heo terinspirasi oleh fotosintesis. Ponsel daun adalah ponsel yg dpt dipakai sebagai gelang yang terakumulasi daya dari sel surya pada panel depan. Sebagai cadangan, juga dapat diisi ulang dengan listrik. Daun menawarkan fashion teknologi tinggi dan fungsi, namun tujuan utamanya adalah untuk "mengingatkan masyarakat bahwa mereka dapat berkontribusi untuk efisiensi energi".

2. Mechanical Mobile Spin Finger Phone


Perancang Mikhail Stawsky datang dengan Mobile Mekanikal, konsep ponsel yang dapat dikenakan dengan memutarnya di jari Anda. Teknologi Touchscreen disatukan dengan gaya Wild West? Desain ini mungkin untuk koboi modern.

3. Finger Phone


Apakah Anda berbicara dengan tangan Anda? Kemudian konsep ini mungkin tepat untuk ponsel Anda. Sentuhan Jari di perangkat mobile dpt dipakai untuk mengetik. Tidak termasuk ibu jari, masing-masing sendi jari membuat sampai dengan 12 tombol untuk input.

4. Mobile Script Phone


Designer Alexander Mukomelov membuat konsep ponsel elegan, salah satunya adalah layar tradisional dan yang kedua adalah layar OLED fleksibel saat Anda membuka gulungan itu. Ponsel script ini hampir memiliki semua fitur yang mungkin Anda inginkan, seperti akses internet, dokumen-dokumen di mana saja, game, komunikasi, dan mobilitas. Bisakah itu lebih baik? Oh ya. Anda tidak merasa perlu untuk mengisi ulang ponsel ini. Ponsel ini dilapisi dengan bahan nano-foto sensitif yang mengubah sinar matahari menjadi energi.

5. Scrap Wood Phones


Touch Wood konsep ponsel dibuat dari potongan-potongan kayu pinus. Lapisan pelindung ini memungkinkan ponsel menjadi tahan air, anti serangga, dan anti jamur. Touch Wood Phone memiliki layar sentuh dan Kamera.

6.Kinetic Flexible OLED Cell Phone


Jika Anda seorang texter gila, maka telepon ini mungkin cocok untuk Anda. Kyocera's Eos konsep telepon lipat "mengharuskan kita berinteraksi dengan hal itu, menerjemahkan energi kinetik menjadi muatan listrik melalui array nano generator skala piezoelektrik-. Semakin banyak kita berinteraksi dengan Eos, energi lebih banyak dibuat - tanpa menggunakan baterai" layar OLED yang fleksibel dapat dilipat seukuran dompet, dapat dibuka dan ditutup dengan suatu bentuk memori

7.OLED Roll Phone


Designer Tao Ma telah menciptakan telepon roll-up terpendek di dunia. Tampilan layar gulungan seukuran dengan tabung film. Dia bekerja menggunakan bateraii tapi layar OLED membuatnya ramah lingkungan.

8.Tenna


Designer Yuree S. Lim membuat ponsel tanpa layar, yang menggunakan pengenalan suara berbasis UI . Mempunyai panjang sekitar 1,5 inci, Tenna Plug dmembuat perubahan dengan konep tanpa layar telepon.

9.Motorola Origami


Origami, konsep ponsel Motorola, terbuat dari technostuff tipis tersegmentasi. Ini dapat dilipat menjadi bentuk yang berbeda untuk melayani fungsi yang berbeda: telepon, perangkat perekaman, kamera, dan, mungkin menunjuk Kertas Crane.

10.Coke Powered Phone


Zheng Daizi merancang ponsel yang bekera menggunakan Coke. Desain yang memiliki potensi untuk beroperasi tiga sampai empat kali lebih lama pada satu muatan dari baterai lithium konvensional. Dia menulis, "Konsepnya dengan menggunakan baterai bio untuk mengganti baterai tradisional untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari polusi Bio baterai. Secara ekologis ramah energi."


Kamis, 10 Februari 2011

Ukuran Hiu Paus Lebih Besar dari Dugaan


Hiu paus (Rhincodon typus) tercatat sebagai spesies ikan terbesar saat ini. Peneliti mengungkapkan, ikan hiu pemakan plankton ini panjangnya bisa mencapai 20 meter. Namun, siapa sangka ukuran sebesar itu bisa jadi salah pengukuran. Hasil observasi peneliti dari Universitas Queensland, ukuran hiu paus sebenarnya bisa lebih besar lagi.

Kesimpulan itu didapat Christoph Rohner setelah menganalisa menggunakan kamera yang dilengkapi laser. Metode pengukuran ini dikatakan lebih akurat dari yang sebelumnya. "Metode laser memungkinkan kita mendapatkan ukuran yang akurat dari hiu yang sedang bergerak. Jadi, kita bisa tahu bahwa hiu terbesar ini lebih besar dari perkiraan," katanya.

Biasanya, pengukuran panjang hiu paus hanya dilakukan dengan metode photogrammetery. Dengan metode ini, ukuran hanya diperkirakan secara sederhana dari foto yang diambil. Dengan laser yang ditempatkan 50 cm dari kamera, jarak yang diproyeksikan oleh foto yang dihasilkan lebih mudah untuk dianalisa. Jadi, hasil pengukuran bisa lebih akurat.

Rohner berharap, presisi dalam pengukuran bisa membuka kemungkinan untuk mempelajari umur dan perkembangan hiu paus. Dengan ini, spesies ini bisa dilestarikan. Hiu paus termasuk dalam daftar hewan terancam punah menurut International Union for Conservation of Nature. Banyak misteri dari kehidupan hiu paus yang belum terkuak.


NASA Temukan 54 Planet Serupa Bumi


Perburuan planet-planet ekstrasurya atau di luar tata surya yang mirip Bumi dan mendukung kehidupan terus dilakukan. Teleskop luar angkasa Kepler milik Badan Antariksa AS (NASA) dirancang secara khusus untuk mencari planet-planet seperti itu.

"Hanya dalam waktu setahun meneropong sebagian kecil galaksi kita, Kepler berhasil menemukan 1.235 planet di luar tata surya kita. Yang mengejutkan, 54 di antaranya kemungkinan dapat dihuni manusia, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin," kata William Borucki, kepala ilmuwan yang terlibat dalam misi Kepler.

Dari 1.235 planet baru yang terdeteksi, 68 di antaranya seukuran Bumi, 288 super Bumi, 662 seukuran Neptunus, 165 seukuran Jupiter, dan 19 lebih besar dari Jupiter. Sementara dari 54 planet yang ditemukan di zona orbit yang mendukung kehidupan, 5 di antaranya seukuran Bumi dan sisanya antara super Bumi atau dua kali ukuran Bumi hingga seukuran Jupiter.

"Kami mulai dari nol ke 68 kandidat planet seukuran Bumi dan dari nol hingga 54 kandidat di zona yang mendukung kehidupan, sebuah wilayah di mana air dalam bentuk cair mungkin ada di permukaan planet. Beberapa kandidat mungkin juga memiliki bulan dengan air dalam bentuk cair," jelas Borucki.

Penemuan planet yang mendukung kehidupan sebanyak 54 buah merupakan jumlah yang sangat banyak. Sejauh ini bahkan bisa dikatakan belum pernah ditemukan planet ekstrasurya yang benar-benar dapat dipastikan mirip Bumi dan kemungkinan dapat dihuni. Kalaupun mengandung senyawa organik dan zat-zat yang dibutuhkan untuk kehidupan, planet yang ditemukan biasanya terlalu jauh atau terlalu dekat bintangnya.

Meski disebut mendukung kehidupan, planet-planet tersebut belum dapat dipastikan ada kehidupan di sana saat ini seperti Mars misalnya. Kalaupun ada kehidupan mungkin berupa jasad renik seperti bakteri atau jenis kehidupan yang belum terbayangkan saat ini. Pekerjaan rumah berikutnya yang masih harus dilakukan para ilmuwan adalah menentukan ukuran planet-planet tersebut, komposisi, suhu permukaan, jarak dari bintangnya, kondisi atmosfer, dan kemungkinan adanya air serta senyawa karbon.

Semua planet asing tersebut ditemukan di galaksi Bima Sakti. Namun, jaraknya terlalu jauh dari Bumi dan mustahil mengirim misi ke sana. Dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini, perlu jutaan tahun untuk berkunjung ke planet-planet tersebut.

"Cucu-cucu kita yang akan memutuskan apa langkah selanjutnya. Apakah mereka akan pergi ke sana? Apakah mereka hanya akan mengirim robot ke sana?" kata Borucki.


Rabu, 02 Februari 2011

Planet Mars Diduga sembunyikan Banyak Es


Kutub-kutub planet Mars kemungkinan bukanlah satu-satunya tempat di mana air es bersembunyi di planet itu. Dari penemuan terbaru, astronom memprediksi bahwa es juga hadir di kawah-kawah yang ada di sekitar garis katulistiwa Mars.

Temuan ini disebut-sebut dapat memberikan dampak signifikan terhadap eksplorasi planet Mars di masa depan. Nantinya, es tersebut berpeluang dapat dimanfaatkan sebagai penyambung hidup ketika manusia mulai ada yang ditugaskan di sana.

Menggunakan gambar-gambar yang diambil oleh Mars Global Surveyor dan Mars Reconnaissance Orbiter, David Shean, Planetary Geologist dari Malin Space Science Systems di San Diego, Amerika Serikat menyebutkan, tampaknya ada banyak material yang kaya akan es terkubur di dasar setidaknya 38 kawah di kawasan Sinus Sabaeus, yang ada di dekat katulistiwa Mars.

“Sangat mengherankan bahwa hal-hal seperti ini tidak disadari sebelumnya meski sudah ada ratusan ribu foto-foto resolusi tinggi yang diambil selama 15 tahun terakhir,” kata Shean, seperti dikutip dari Space, 2 Februari 2011. “Ini bukti bahwa planet Mars memang penuh dengan kejutan.”

Dari penelitian-penelitian terdahulu, kutub planet Mars diperkirakan menyimpan es. Akan tetapi, iklim di planet itu terlalu keras bagi kelangsungan air. Udara di sana sangat tipis sehingga jika ada es di permukaan planet akan segera menguap.

“Sejak lama kami telah melihat gambar-gambar yang menunjukkan bahwa tampak material yang kaya akan es di dasar kawah di kedua kutub Mars,” kata Shean. “Yang mengherankan, ternyata material yang sama juga ditemukan di khatulistiwa planet itu,” ucapnya.

Shean menyebutkan, jika ada es yang terkubur di khatulistiwa, tampaknya ia menyimpan catatan penting terhadap kondisi iklim di masa lalu Mars yang sangat ingin dianalisa oleh ilmuwan.

Lebih lanjut, Shean menyebutkan, kawasan khatulistiwa jauh lebih menarik untuk dijadikan tujuan untuk eksplorasi di masa depan dibandingkan dengan kutub karena mendapatkan lebih banyak sinar matahari dan memiliki temperatur yang lebih hangat.

“Khatulistiwa cocok untuk kendaraan penjelajah bertenaga matahari,” kata Shean. “Namun demikian, eksplorasi masa depan juga membutuhkan air sebagai sumber pendukung kehidupan,” ucapnya.

Temuan es di kawasan khatulistiwa planet Mars tersebut dipaparkan di jurnal Geophysical Research Letters. (hs)

Atheris Hispida


Atheris hispida is a venomous viper species found in Central Africa. Known for its extremely keeled scales that give it an almost bristly appearance. No subspecies are currently recognized.
Description
The males of this species grow to maximum length of 73 cm (body 58 cm, tail 15 cm). Females grow to a maximum of 58 cm. The males are surprisingly long and slender compared to the females.
The head has a short snout, more so in males than in females. The eyes are large and surrounded by 9-16 circumorbital scales. Orbits separated by 7-9 scales. The nostril is like a slit and separated from the eye by two scales. The eye and the supralabials are separated by a single row of scales. The supralabials number 7-10, of which the fourth is enlarged. The body is covered with elongated, heavily keeled scales that give this species a "shaggy", almost
bristly appearance. The scales around the head and neck are the longest, decreasing posteriorly. Midbody, the dorsal scales number 15-19. There are 149-166 ventral scales and 35-64 subcaudals. The anal scale is single

Common names
Rough-scaled bush viper, spiny bush viper, hairy bush viper, rough-scaled tree viper, African hairy bush viper, hairy viper.
The common name "hairy bush viper" should, however, be avoided for this species, as it will likely be confused with the recently described species, A. hirsuta, the specific name for which means "hairy".
Geographic range
Central Africa: DR Congo, south-west Uganda, west Kenya. The type locality given is "Lutunguru, Kivu" (DR Congo).
More specifically, Spawls & Branch (1995) describe the distribution as isolated populations in Kivu and Orientale Provinces in DR Congo, southeastern Ruwenzori in Uganda and the Kakamega Forest in western Kenya.
Behavior
Capable of climbing reeds and stalks, this species is often found basking on top of flowers and terminal leaves. Mostly nocturnal.
Feeding
Feeds on mammals, frogs, lizards and sometimes birds. Sometimes hunts for mammalian prey on the ground.
Reproduction
Females give birth to up to 12 young at a time. Newborns are about 15 cm in length


Scientific classification
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Subphylum: Vertebrata
Class: Reptilia
Order: Squamata
Suborder: Serpentes
Family: Viperidae
Subfamily: Viperinae
Genus: Atheris
Species: A. hispida
Binomial name
Atheris hispida
Laurent, 1955
Synonyms

* Atheris squamigera - Schmidt, 1923
* Atheris squamiger - Witte, 1933
* Atheris squamigera squamigera - Witte, 1941
* Atheris hispida - Laurant, 1955
* Atheris hispida - Meirte, 1992

Pau Biru


Paus biru (Balaenoptera musculus) adalah mamalia laut yang masuk kedalam subordo paus balin. Panjangnya mencapai lebih dari 33 meter dan memiliki massa 181 ton metrik atau lebih. Binatang ini dipercaya sebagai hewan terbesar yang pernah ada.
Panjang dan langsing, tubuh paus biru dapat bervariasi keteduhan kelabu kebiruannya. Ada sedikitnya tiga perbedaan subspesies: B. m. musculus Atlantik utara dan Pasifik utara, B. m. intermedia, Samudra selatan dan B. m. brevicauda (juga dikenal sebagai paus biru kerdil) ditemukan di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Selatan. B. m. indica ditemukan di Samudra Hindia, mungkin menjadi subspesies lain. Seperti dengan paus balin lain, pola makannya berisi secara pokok crustacea kecil yang dikenal sebagai krill, yang sama baiknya dengan ikan kecil dan cumi-cumi.

Paus biru sangat berlimpah di hampir seluruh samudra hingga memasuki abad 20. Selama lebih dari 40 tahun paus-paus tersebut diburu sampai mendekati kepunahan dengan adanya perburuan paus hingga dilindungi oleh komunitas internasional pada tahun 1966. Sebuah laporan tahun 2002 memperkirakan ada 5.000 sampai 12.000 paus biru di seluruh dunia yang lokasinya terbagi dalam sedikitnya lima kelompok. Kebanyakan riset saat ini memberi perhatian terhadap subspesies paus biru kerdil yang mungkin dibawah perkiraan. Sebelum perburuan paus, populasi terbesar berada di Antartika, dengan jumlah diperkirakan 239.000 (mencapai 202.000 hingga 311.000). Sisanya yang hanya sebagian kecil (sekitar 2.000) mengkonsentrasikan di setiap kelompok Pasifik timur laut, Antartika, dan Samudra Hindia. Ada dua lebih kelompok di Samudra Atlantik utara dan sedikitnya dua di Belahan Selatan.


Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Cetacea
Upaordo: Mysticeti
Famili: Balaenopteridae
Genus: Balaenoptera
Spesies: B. musculus
Nama binomial
Balaenoptera musculus
(Linnaeus, 1758)