Selasa, 27 Maret 2012

Manfaat terapi ozon bagi kesehatan tubuh



Lapisan ozon selama ini dikenal sebagai suatu lapisan pelindung bumi terhadap radiasi sinar ultraviolet (UV), agar tidak membahayakan makhluk hidup di permukaan bumi. Ozon (O3) merupakan bentuk lain dari oksigen (O2) yang memiliki ekstra 1 atom O, sehingga menyebabkan senyawa ini berenergi tinggi. Gas O3 terbentuk ketika gas O2 dilewatkan pada medan listrik bertegangan tinggi (4000-10.000 V)

Ozon adalah salah satu oksidator terkuat (selain Clor dan Flour), dan di beberapa industri di Eropa digunakan sebagai pemurni air (water purification), zat pemutih pakaian (bleaching agent), maupun pembunuh kuman (disinfectant). Kemudian para ahli mulai berfikir, bila ozon bisa digunakan sebagai pembunuh bakteri dan virus dalam skala industri, apakah sifat itu juga berlaku dalam tubuh manusia ?

Seiring berkembangnya iptek, para ilmuwan berhasil menemukan bahwa gas ozon ternyata bisa digunakan dalam bidang kedokteran, yang kemudian dikenal dengan istilah terapi ozon. Terapi ozon adalah terapi pencegahan dan penyembuhan penyakit mengunakan gas ozon (O3). Ozon yang digunakan adalah Medical Ozone (ozon medis), yaitu campuran 0.05-5% O3 dan 99,95-95% O2 yang berwujud gas.



SEJARAH

Ozon ditemukan oleh Christoper Frieddrich Schonbein pada tahun 1840 dan digunakan untuk mencegah dan mengobati luka gangren (sejenis infeksi), tetanus, dan pengobatan lainnya semasa perang dunia pertama. Sejak saat itu, ozon mulai digunakan dalam dunia kedokteran. Di Eropa, terapi ozon sudah berkembang pesat. Bahkan sejak sekitar tahun 1950-an terapi ozon diteliti dapat dipakai untuk mengobati penyakit yang ditakuti dunia saat itu, yaitu kanker.

Secara umum ada 2 alternatif metode terapi ozon. Yang pertama adalah Major Autohemotherapy. Pada metode ini dilakukan pengambilan sejumlah darah (kira-kira 50-100cc) kedalam tabung yang berisi Medical Ozone. Setelah bercampur, darah tersebut disuntikkan kembali ke tubuh (didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh).

Metode lainnya adalah Minor Autohemotherapy. Beda dengan sebelumnya, metode ini mengambil darah pasien lebih sedikit (kira-kira 10cc), namun prosesnya berlangsung terus-menerus secara kontinu selama 60-90 menit.


MANFAAT


Ozon melepaskan energi photon yang sangat bermanfaat untuk manusia jika diberikan dengan cara dan takaran yang tepat. Menurut Dr. Mulyadi Tedjapranata dari Klinik Medizone, beberapa hal yang bisa dimanfaat dengan melakukan terapi ozon:




1. Memperbaiki sirkulasi darah dan menstimulasi enzim 2,3 diphosphoglycerate (2,3-DPG), sehingga jumlah oksigen yang dilepaskan ke dalam jaringan tubuh meningkat. Ini mengakibatkan tubuh semakin segar, lebih bergairah dan awet muda.

2. Meningkatkan kemampuan darah dalam menyerap oksigen, meningkatkan ketahanan dan kelenturan sel darah merah serta mengoksidasi plak yang menyebabkan penyempitan dan mencegah penyumbatan pembuluh darah, sehingga sangat bermanfaat bagi penderita stroke dan jantung koroner.

3. Menonaktifkan bakteri, virus, jamur dan protozoa dengan cara merusak selaput pelindung kuman (oksidasi fosfolipid dan lipoprotein), sehingga kuman mudah dihancurkan oleh sel tubuh kita seperti hepatitis oleh virus HIV, herpes simpleks, dan zoster.

4. Mengaktifkan karboksilasi oksidatif pyruvate pada siklus kreb (TCA), mendorong pembentukan ATP, suatu bentuk molekul yang kaya energi, sangat bermanfaat bagi usia lanjut dan penderita diabetes karena menambah vitalitas.

5. Menurunkan NDH (Bentuk reduksi dari nicotinamide adenine dinukleotide), membantu oksidasi cytocrome C, memengaruhi fasodirator prostacycline serta meningkatkan kadar oksigen (pO2) di dalam darah. Akibatnya, pasokan oksigen ke sel-sel di seluruh jaringan tubuh meningkat. Sangat bermanfaat bagi penderita jantung koroner dan hieprtensi.

6. Bereaksi dengan asam tak jenih di membran sel, membentuk peroksida, termasuk alkoxyl, perokxyl, singlet oksigen, ozonides, carbonides, carbonyls, alkenes. Sangat bermanfaat bagi penderita dislipidemia.

7. Mendorong peningkatan produksi enzim pengikat radikal bebas (glutathione peroksidase, katalase, dan superokside dismutase atau SOD), meningkatkan pelepasan oksida nitrit, sehingga memperlambat proses penuaan dini dan memperbaiki fungsi ereksi.

8. Menghambat metabolisme sel tumor dengan cara mengoksidasi lapisan lemak sel tumor Ozon mendorong perubahan L-arginine menjadi citruline dan nitrit yang menekan pertumbuhan sel tumor.

9. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh (interferon, interleukin, dan tumor necrosis factor).

EFEK SAMPING


Efek samping dari terapi ozon ini kemungkinan disebabkan oleh sifat ozon yang merupakan oksidator kuat (powerful oxidator). Ketika diberikan kedalam tubuh ozon tidak hanya bereaksi dengan bakteri dan radikal bebas, namun bereaksi juga dengan sel-sel tubuh lain, seperti cytochrome, ubiquinol, butyryl-CoA, ethanol, dihydrolipoic acid, dan lainnya. Bahkan dalam tingkat sel, O3 dapat bereaksi dengan jaringan lipid pada membran sel.

Pada umumnya pasien akan mengalami beberapa gejala sampingan (side effect) akibat dari menjalani terapi ozon berupa sakit di dada, pernafasan pendek, pusing, dan lain-lain. Karena itu pasien terapi ozon ini seharusnya mengkonsumsi antioxidant selama periode terapi. Fungsi antioksidant sangat penting karena sangat dimungkinkan dokter memberikan dosis ozon yang berlebih, sehingga menciptakan radikal dalam tubuh yang bisa menyebabkan gangguan pada sel tubuh. Antioxidant akan membuat proses terapi ozon ini tetap terkendali (keep the process in check).

KESIMPULANNYA


Jadi, terapi ozon sebaiknya tidak diberikan pada manusia sehat. Karena selain mubazir, badan bukannya menjadi segar, yang didapat adalah gangguan metabolisme.

Pada manusia sehat, tubuhnya memiliki kadar antioksidant yang cukup, sehingga aktivitas radikal bebas dapat diredam. Namun bila kemudian menjalani terapi ozon, sama saja dengan memberikan radikal baru dari luar.

Yang terpenting adalah pola makan sehat, aktifitas fisik dan istirahat yang cukup, serta hindari rokok dan alkohol. Tambahan asupan suplemen dan vitamin akan sangat berarti bagi kesehatan tubuh. Dan ingat kata pepatah : mencegah lebih baik daripada mengobati.